Pages

Sastra Bebas Headline Animator

Selasa, 05 Juni 2012

Setelah Hujan


Sepi itu merantai langkah ini, berulang kali aku mencoba berlari
tapi percuma. ia menusuk ulu hati, hingga aku terkapar tak berdaya
aku jatuh


Di, Malam ini aku bercerita pada seorang tak bersuara. aku tumpahkan segala keluh ini. cerita-cerita klasik yang tak menarik tentu saja. dua jam berlalu, hanya kerutan di dahi saja yang kulihat darinya. mungkin tak mengerti dengan semua maksudku. mungkin begitu, tak semua orang bisa mengerti dengan cerita ini. terlalu rumit untuk aku jelaskan.

Sementara hujan turun lagi. tak lagi kudapat sentuhan manis bibirmu.
aku resah meratapi rintik hujan yang berubah menjadi luka
seketika hening menyiksaku

aku terus bercerita, dan ia terus terdiam. lipatan kulit di dahinya semakin berkerut. aku tak peduli, aku terus bercerita menumpahkan segala keluh ini. berharap bisa sedikit mencairkan beku yang lama bersemayam di hati.aku pikir wajar. cerita-cerita klasik itu hanya soal perjalanan panjang yang melelahkan. memabukan diri dan gusar karena dendam yang muncul setelah cerita itu karam masih tertinggal dalam benak. berusaha membunuhnya, tapi tak pernah berhasil dilakukan.yang terjadi hanyalah pergulatan sengit antara nurani dan masa lalu. bertarung hampir di tiap detik. nurani yang terjepit, sementara dendam masa lalu bergemuruh kencang.

hujan menyisakan luka
barangkali sebait romansa telah karam diterjang badai
tak ada yang tersisa; tentu saja!


aku sudah muak dengan semua itu. bahwa; satu-satunya yang tak bisa kulakukan hingga tadi pagi adalah membunuh masa lalu. tapi, bukankah  setiap orang pernah melakukan kesalahan di masa lalunya? pun demikian dengan diriku. aku pernah terperosok dalam lubang hitam. kesalahan fatal yang tak bisa termaafkan tentu saja.

Dengan apa aku menebus semua salahku? buaknkah tak semua mengerti dengan ceritaku. pun lelaki tua yang mendengar ceritaku.hanya asap rokok yang keluar dari mulutnya. tak ada suara, cerita-ceritaku sama sekali tak terdengar. aku tak bisa lagi bercerita. suaraku hilang, tak ada nada yang tercipta dari mulutku.

aku meratapi hujan

biarlah, aku sendiri yang merasakan sakit atas luka ini. sedikit pun aku tak meminta kau untuk mengerti dengan keadaan ini. biarlah, hujan tak lagi mesra. senandungnya berganti lirih. aku tertatih mengejar asa yang tertinggal.

hanya sepi. ia terus membayang di setiap langkah. aku berusaha menghindar, tapi nihil. ia menusuk sendiku, meranggas dendrit-dendrit otakku. sekeras apa pun aku berusaha menghindar, ia tetap merantai langkah ini.hingga akhirnya aku tersungkur. terkapar oleh luka paling liar.


Ah Di, aku tak tahu bagaimana cara mengungkap semua ini
biarlah semua menjadi rahasia
usah kau peduli dengan diriku
berjalanlah terus, gapai semua angan

Sampai kapan aku terdiam begini, luka itu semakin menyayat saat aku terdiam sepi. semua cerita-cerita tergambar jelas di pelupuk mata. ada mimpi-mimpi yang diinginkan mewujud menjadi nyata.

tapi, mungkinkah terwujud? sementara perih masih mengintai setiap langkah ini?

setelah hujan berlalu
aku mendamba pelangi datang menjemput
mengobati segala perih yang ada
meski tak akan pulih dalam sekejap
tentu saja

Aku terus berjalan bersama luka ini. meski tertatih aku  terus melangkah. Ada sebait luka yang menemani. hinggap begitu saja. namun tak lama. bait-bait romansa yang lain membayang dipelupuk mata. satu-persatu. memutar semua ingatan. antara duka dan ceria, manis, semua tergambar begitu jelas.

aku akan terus berjalan, membawa mimpi-mimpi yang akan aku jadikan nyata. perih ini mungkin akan terus mengintai, sekuat tenaga aku akan etrus menghindar. jika pada akhirnay aku mati terkapar, tak apa. biarlah hujan terus menusuk setiap luka, tapi pelangi akan datang setelah hujan reda.

aku terus berjalan menghadapi segala rintang yang ada
menggenggam mimpi-mimpi yang akan aku wujudkan menjadi nyata
berjalan terus, meski tertatih


Created By : Insan Kamil

0 comments:

Posting Komentar