skip to main |
skip to sidebar
Sepi... disini... hanya embusan angin genit yang menghembus dan menyentuh tubuh hingga menyentuh tulang belulangku yang terasa bergetar...
ingin kubercerita tentang semua pergumulan yang aku rasakan ini, namun tetap terasa sepi tanpa tempat untuk teriak...
Sepi...ohh.. sepi, mengapa kau mendera berasam kehidupan ini? yang keluar dalam pikiran dan hati ini, hanya rasa bingung entah harus bagaimana, sebab hanya suara dibalik telepon yang membuat ramai isi dalam jiwa ini menjadi sebuah pergumulan klasik, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada orang-orang penuntut ulah dan prilaku masa lalu.
Kini terduduk dengan kepala mengahadap kedua dengkul kaki ku, terasa gelap didalam rasa sepi ini, seolah sepi ini akan membunuh segala mimpi-mimpiku, langkahku semakin terhambat olehnya, oleh setiap pergumulan yang harus membuat aku duduk diam berpikir didalam sendiri.
Tak pernah lelahnya aku berdoa terhadap Tuhan, hingga tak mampu lagi apa yang harus di ucapkan kepada-NYA, seperti marah namun tak ingin sebab dia Tuhan yang katanya mengerti segala kehidupan anak-anaknya yang sedang lemah tak berdaya didalam sendiri dan sepinya...
Haruskah aku memutar kembali jalan kehidupanku? dengan berada didalam gelap? sebab tak ada bedanya antara sepi dan gelap?
Ohh.. Tuhan ku mulai akan berdoa lagi, jamahlah aku agar aku dekat terhadapmu, sehingga aku tak terbuai oleh sepi dan gelap yang selalu bersamaku, biarlah terang dan sukses menyertai kehidupanku, sebab aku ingin bekerja untuk pekerjaanmu Tuhan.
Dengarkanlah wahai sepi... Janganlah kau bunuh aku dengan rasa lemah, biarlah aku berteman denganmu dengan damai tanpa harus membuat aku terjatuh dalam gelap.
Hai.. sepi semoga kau mengerti apa yang aku maksud, sebab harapan itu masih ada walau hanya sedikit ada didalam jiwa yang tak berdaya ini, sebab aku sedang tertekan oleh pergumulan masa lalu yang belum terbayarkan, haruskah aku ceritakan semuanya?? padahal engkau tahu apa yang terjadi pada hidupku...
Tuhan ubahlah hidupku... aku ingin mengenalmu, akuingin damai sejahtera, dengan terbayarnya hutang-hutang masa laluku.
Tuhan kalau aku boleh mengeluh? apakah ini karma? apakah ini dosa keturunan? atau apakah ini akibat dari sistem sosial yang ada? aku sedang susah Tuhan ya.. aku sedang susah...
Aku rasa engkau mengerti dalam keluh kesah ku diantara angin-angin yang berhembus bersama sepiku...
Sepi akibat tidak mampu bergerak untuk bersosial, sepi membuat aku terdiam tanpa kawan hanya engkau yang menjadi tempat diantara sepi dan angin malam...
Bolehkah aku kini terdiam? menunggu keajaibanmu datang? melihat cara kerjamu didalam sepiku? Jika boleh aku akan diam, untuk merasakan angin malam yang menusuk-nusuk tulangku.
Pages
Sastra Bebas Headline Animator
Jumat, 18 Maret 2011
Sepi...
Sepi... disini... hanya embusan angin genit yang menghembus dan menyentuh tubuh hingga menyentuh tulang belulangku yang terasa bergetar...
ingin kubercerita tentang semua pergumulan yang aku rasakan ini, namun tetap terasa sepi tanpa tempat untuk teriak...
Sepi...ohh.. sepi, mengapa kau mendera berasam kehidupan ini? yang keluar dalam pikiran dan hati ini, hanya rasa bingung entah harus bagaimana, sebab hanya suara dibalik telepon yang membuat ramai isi dalam jiwa ini menjadi sebuah pergumulan klasik, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada orang-orang penuntut ulah dan prilaku masa lalu.
Kini terduduk dengan kepala mengahadap kedua dengkul kaki ku, terasa gelap didalam rasa sepi ini, seolah sepi ini akan membunuh segala mimpi-mimpiku, langkahku semakin terhambat olehnya, oleh setiap pergumulan yang harus membuat aku duduk diam berpikir didalam sendiri.
Tak pernah lelahnya aku berdoa terhadap Tuhan, hingga tak mampu lagi apa yang harus di ucapkan kepada-NYA, seperti marah namun tak ingin sebab dia Tuhan yang katanya mengerti segala kehidupan anak-anaknya yang sedang lemah tak berdaya didalam sendiri dan sepinya...
Haruskah aku memutar kembali jalan kehidupanku? dengan berada didalam gelap? sebab tak ada bedanya antara sepi dan gelap?
Ohh.. Tuhan ku mulai akan berdoa lagi, jamahlah aku agar aku dekat terhadapmu, sehingga aku tak terbuai oleh sepi dan gelap yang selalu bersamaku, biarlah terang dan sukses menyertai kehidupanku, sebab aku ingin bekerja untuk pekerjaanmu Tuhan.
Dengarkanlah wahai sepi... Janganlah kau bunuh aku dengan rasa lemah, biarlah aku berteman denganmu dengan damai tanpa harus membuat aku terjatuh dalam gelap.
Hai.. sepi semoga kau mengerti apa yang aku maksud, sebab harapan itu masih ada walau hanya sedikit ada didalam jiwa yang tak berdaya ini, sebab aku sedang tertekan oleh pergumulan masa lalu yang belum terbayarkan, haruskah aku ceritakan semuanya?? padahal engkau tahu apa yang terjadi pada hidupku...
Tuhan ubahlah hidupku... aku ingin mengenalmu, akuingin damai sejahtera, dengan terbayarnya hutang-hutang masa laluku.
Tuhan kalau aku boleh mengeluh? apakah ini karma? apakah ini dosa keturunan? atau apakah ini akibat dari sistem sosial yang ada? aku sedang susah Tuhan ya.. aku sedang susah...
Aku rasa engkau mengerti dalam keluh kesah ku diantara angin-angin yang berhembus bersama sepiku...
Sepi akibat tidak mampu bergerak untuk bersosial, sepi membuat aku terdiam tanpa kawan hanya engkau yang menjadi tempat diantara sepi dan angin malam...
Bolehkah aku kini terdiam? menunggu keajaibanmu datang? melihat cara kerjamu didalam sepiku? Jika boleh aku akan diam, untuk merasakan angin malam yang menusuk-nusuk tulangku.
Posted by
SastraBebas
at
23.42
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Cari Blog Ini
About Me
Link Yang Di Ikuti
Label
- Bebas Bicara (11)
- Belajar Menuangkan (8)
- Kampanye (1)
- Opiniku (10)
- Pengalaman Hidup (1)
- Prayer (4)
- Renunganku (2)
- sastra (62)
Entri Populer
-
Selasa, 23 Desember 2008 Tanggal 24 Juni 2008 pukul 23.30 WIB, istriku Citra diperutnya merasakan mulas-mulas dan mengeluarkan cai...
-
Jiwa yang telah lelah melangkah Namun tak ada tempat perisitirahatan Terpaan angin selatan menghempasakan ...
-
Merah Mawar Merekah Dalam Warna Darah.... Daunnya Mengering dan Mati... Hanya Cinta Yang Mengembalikan Putik Hijaunya... Merah Mawar Yang Ma...
-
Tadi aku merasa gelisah dan takut, entah kenapa perasaanku selalu dihantui ketakutan-ketakutan yang tidak pasti, padahal ketakutan yang m...
-
Ditanah airku yang tercinta situasi kini kian merajalela, Seorang anak hidup didalam kegelapan hanya karena sebuah impiannya tidak tercapa...
-
Kurt Donald Cobain adalah pemimpin Nirvana, multi-platinum band grunge yang mendefinisi ulang suara tahun sembilan puluhan. Cobain lahir p...
-
Terlalu Dini Mengerti Arti Perjuangan Hidup Kita Ketika Cinta, Kita lalui dengan Jarak yang sangat Jauh Apakah kita akan Bertahan demi...
-
Anjing terus menggongong diantara kehidupanku membuat telinga dan hati tak kuasa menahan amarah... Ingin kuteriakan dirimu bersama kemuna...
-
"Puisi Gelap" By : Fals langit gelap, jutaan gagak hitam memenuhi langit datang dari goa-goa yang gelap ...
-
Imajinasi terbang melayang tak tentu arah. Cinta, cita dan harapanku seakan menjadi segumpalan awan putih. Yang melayang lalu...
Sastra Bebas
Blog Archive
-
▼
2011
(25)
-
▼
Maret
(18)
- Pergi dengan Luka...
- Terabaikan Oleh Maut
- Sendiri kah?
- Menjelang Kebebasan
- Engkau Diam Ibu
- Rinduku
- Tanah Tak Bertuan
- Jalanku
- Mimpi-Mimpi Yang tak Pernah Terlihat
- Kebencian Menghampiri...!!!
- Di Balik Jendela
- My Life is Death
- Benih Kehidupan...
- Dalam Gelap...
- Sepi...
- Di Balik Jendela
- Kalau Aku Boleh Mengeluh...
- Dimana Senyummu?
-
▼
Maret
(18)
Statistik
Dianozky Sastra Bebas. Diberdayakan oleh Blogger.
0 comments:
Posting Komentar